pemikiran yg jernih akan menghasilkan sebuah karya seni yg membuat kita bahkan tak percaya kalau itu karya kita jadi semangatkan dirimu untuk berfikir yang jernih

Sabtu, 13 Oktober 2012

COR


LAPORAN PENDAHULUAN
COR


Konsep Dasar

1.      Pengertian
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Arif Mansjoer dkk, 2000 ; 3).
2.      Etiologi
Trauma langsung yang menyebabkan komser (gegar otak) pada titik terjadinya trauma itu misalnya jatuh dari mobil dan kepala terbentur aspal.
Klasifikasi
Cedera kepala dapat diklsifikasikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.
1.      Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi duramater
v  Trauma tumpul      : kecepatan tinggi (tabrakan mobil)
                              : kecepatan rendah (terjatuh, terpukul)
v  Trauma tembus (luka tembus perut dan cedera tembus lainnya).
2.      Keparahan cedera
v  Ringan       : skala koma (glasgow coma scale, gcs) 4-5-6
v  Sedang      : Gcs    3-4-5
v  Berat         : Gcs    1-2-3
3.      Morfologi
v  Fraktur tengkorak : kranium linier / stelatum : depresi / non depresi ; terbuka / tertutup basis dengan / tanpa kelumpuhan nervus VII.
v  Lesi intrakranial : fokal : epidural, subdural, intraserebral
           Difus : Konkusi ringan, konkusi klasik, cedera
           aksonal difus.


 1.      Manifestasi Klinis
Gejala pada komosio cerebri biasanya adalah :

-          Sakit kepala
-          Bingung
-          Muntah
-          Takipneu/ dispneu
-          Wajah tidak simetris
-          Lemah
-          Paralise
-          Hemiparese
-          Luka di kepala
-          Akumulasi
-          Spontan pada saluran nafas
-          Adanya cairan dari hidung dan telinga
-          Kejang


5.      Komplikasi
a.       Oedema jaringan otak
Kontusio serebri merupakan pendarahan kecil (plechia) pada jaringan pembuluh darah otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, hal ini bersama-sama rusaknya jaringan saraf/ otot.
b.      Herniasi Cerebri : tekanan yang tinggi pada intra kranial
c.       Meningitis

6.      Pemeriksaan Fisik
a.       Makanan/ cairan
Gejala     :  mual, muntah, biasanya dikarenakan adanya alergi terhadap makanan tertentu dan perubahan selera.
Tanda     : muntah (proyektif) gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
b.      Pernafasan
Tanda     :  perubahan pada pola nafas baik irama, kedalaman, maupun frekuensi yaitu cepat dan dangkal bunyi nafas ronchi, wheezing, stridor dan adanya pernafasan cuping hidung.
c.       Eliminasi
Gejala     :  akan didapatkan refensi urine dan inkontinensia urin atau alvi

d.      Nyeri/ kenyamanan
Gejala     : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda     :  wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri dengan beban gelisah tidak bisa istirahat merintih
e.       Neuro sensori
Gejala     :  kehilangan kesadaran sementara vertigo, sinkope, tinitus
Tanda     :  kadang didapatkan kaku kudula dan adanya hemiparese, terjadi inuoiantes (tidak disadari) kejang dan ataksia
f.       Sirkulasi
Gejala     : perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, (Bradikardi, tachikardi) perubahan akral tergantung nadi dan suhu.
g.      Aktifitas/ istirahat
Gejala     :  merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan
Tanda     : fraktur/ aisorasi, gangguan penglihatan
h.      Keamanan
Gejala     : trauma baru/ trauma kecelakaan
i.        Integritas ego
Gejala     : perubahan tingkah laku/ kepribadian
Tanda     : cemas, mudah tersinggung, bingung, dll.

7.      Pemeriksaan Diagnostik
-          CT Sean : tanpa/ dengan kontras mengidentifikasi adanya heronagik, menentukan  ukuran ventrikel, pergeseran jaringan otak.
-          Angiografi Serebial : menunjukkan kelainan sirkulasi serebial, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, pendarahan, trauma.
-          X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (pendarahan/ edema), fragmen tulang.
-          Analisa gas darah : mendeteksi ventilasi oleh atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi kenaikan tekanan intra kronial
-          Elektrolit : untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tik.

8.      Penatalaksanaan
Pedoman resusitasi dan penilaian awal.
a.       Menilai jalan nafas (airway)
Bersihkan jalan nafas dan debris dan muntahan, lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal, pasang guedel bila dapat ditolelir. Jika cedera orafasial mengganggu jalan nafas maka pasien harus di inkubasi
b.      Menilai pernafasan (breathing)
Tentukan pasien apakah bernafas spontan selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumothoraks, tensif, hemopneumothoraks, pasang oksimotor jika tersedia.
c.       Menilai sirkulasi (circulation)
Otak yang rusak tidak mentolelir hypotensi. Hentikan semua pendarahan dengan menekan atherinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera indra abdomen atau dan ekg. Bila tersedia pasang jalur intra vena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan. Darah perifer lengkap, uteum, elektrolit, glukosa, dan analisis darah arteri.
d.      Obat kejang
Kejang kemorulsif dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati
e.       Pemberian analgenetika
f.       Pengobatan anti edema dengan larutan hypertonis yaitu manilo 20% atau glukosa 40% atau gliserol
g.      Anti biotik yang mengandung garier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan aetrodozok
h.      Makanan atau cairan pada trauma ringan bila mual muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrose 5%, aminofusin, aminofel, 18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan 1, 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
1.      Identifikasi px dan klg (penanggung jawab) nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat
2.      Keluhan utama
Px dengan COR ditandai dengan sakit kepala, pusing, muntah, bingung, lemah, takipneu, dispneu kejang, adanya cairan dari hidung dan telinga, pingsan (kurang dari 10 menit).
3.      Riwayat kesehatan
a.       Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya Px dengan komusio cerebri datang ke rumah sakit dengan penurunan kesadaran tapi tidak begitu kurun, karena biasa tidak ditemukan perubahan neurologist yang serius dan biasanya juga datang dengan keadaan bingung, muntah, dispneu/takipneu, sakit kepala, akumulasi spontan pada saluran nafas, adanya cairan dari hidung dan telinga serta adanya kejang.
b.      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan terdahulu haruslah diketahui dengan baik yang berbidang penyakit persarafan maupun penyakit sistenik lain
c.       Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga apakah ada salah satu dari anggota keluarga menderita penyakit yang sama atau mempunyai penyakit menular kronik dan herediter.
d.      Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis kx dengan timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap penyakitnya.


e.       Pola-pola fungsi kesehatan
1.      Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada Px COR mengalami sedikit gangguan pada personal hygiene misalnya mandi, gosok gigi, mencuci rambut dll.
2.      Pola nutrisi dan metabolisme
Pada Px COR akan terjadi Pe dan fungsi pencernaan, bising usus lemah, mual, muntah, kembung dan mengalami perubahan selera dan ganguan menelan
3.      Pola eliminasi
Pada cedera kepala sering terjadi gangguan serupa retensi urine, inkonsinansia, ketidakmampuan menahan mikir dan terganggu proses eliminasi Alvi.
4.      Pola istirahat tidur
Kebiasaan pola tidur mengalami gangguan yang disebabkan oleh nyeri yang dirasakan
5.      Pola aktifitas dan latihan
Sebagian dari aktifitas dan latihan kx mengalami gangguan (lemah, lelah, hilang keseimbangan)
6.      Pola persepsi dan konsep diri
Pada Px COR mengalami amnesia seputar kejadian, kehilangan kesadaran sementara dan kita takut akan dikucilkan oleh keluarga dan teman-temannya.
7.      Pola sensori dan kognitif
Adanya perubahan status mental, kehilangan kesadaran sementara vertigo.
8.      Pola hubungan peran
Terjadinya hubungan peran yaitu kita merasa perhatian, tingkah laku, cara berpikir mengalami perubahan.
9.      Pola penaggulangan stress
Perlu ditanyakan hal-hal yang membuat px stress
10.  Pola reproduksi dan sexsual   
Bila kita sudah mempunyai keluarga, anak, istri maka kita tidak akan mengalami gangguan reproduksi sexsual begitu sebaliknya.
11.  Pola tata nilai dan kepercayaan
Ada ketahanan dan stress pertahanan, dan kita meminta pertolongan mendekatkan diri pada tuhan.

B.     Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian di kelompokkan dan dianalisa untuk menentukan masalah kesehatan kita. Untuk mengelompokkan data di bagi menjadi 2 yaitu data subyektif dan data obyektif kemudian di tentukan masalah keperawatan yang timbul berdasarkan prioritasnya.

C.    Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri pada kepala berhubungan dengan peningktan TIK
2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat berhubungan dengan nyeri yang dirasakan.
3.      Potensial terjadinya pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  perubahan kemampuan untuk menerima makanan.
4.      Potensial terjadinya peningkatan TIK adanya proses desak akibat penumpukan cairan di dalam otak.

D.    Perencanaan
Diagnosa            : nyeri pada kepala berhubungan dengan peningkatan TIK
Tujuan                : nyeri dapat berkurang / hilang dalam waktu 1 x 24 jam
KH                     : nyeri kepala berkurang / hilang, px tenang, tidak gelisah,
  dapat istirahat dengan tenang.
Intervensi
1.      Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan keluhan-keluhan Kx
R/  Untuk memudahkan membuat intervensi.
2.      Ajarkan latihan tehnik relaksasi seperti latihan nafas dalam dan relaksasi otot-otot
R/ Dapat mengurangi ketegangan saraf sehingga px merasa lebih rileks dan dapat mengurangi nyeri kepala.
3.      Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan dari luar dan berikan tindakan yang menyenangkan px seperti pijat di daerah punggung, kaki dan lain-lain
R/ Responden yang tidak menyenangkan menambah ketegangan saraf dan dapat mengalihkan rangsangan nyeri dan dapat mengurangi / menghilangkan rasa nyeri.

Diagnosa :  Potensial terjadinya TIK berhubungan dengan adanya proses desak akibat cairan dalam otak
            Tujuan : Tekanan intrakranial kembali normal
            KH : - Kesadaran baik, GCS 4,5,6
                     - Pupil tidak membesar, isokor
                     - TTV normal
            Intervensi
1.      Kaji status neurologist yang berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK terutama GCS
R/ Dapat di ketemukan secara dini adanya tanda-tanda peningkatan TIK sehingga dapat menentukan arah tindakan selanjutnya.
2.      Monitor TTV
R/ Dapat mendeteksi dini adanya tanda-tanda peningkatan TIk
3.      Monitor asupan dan pengeluaran setiap 8 jam sekali
R/ Untuk mencegah kelebihan cairan yang dapat menambah oedema sehingga terjadinya peningkatan TIK
4.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan anti oedema seperti manitol, glisenol dan lasix.
R/ Obat-obatan tersebut berguna untuk menarik cairan dari intro seluler ke ekstra seluler.

E.     Implementasi

Implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di tentukan meliputi tindakan iindependent dan kolaborasi usaha tersebut dilakukan untuk membantu kita dan menentukan kebutuhannya.

F.     Evaluasi

Evaluasi merupakan keberhasilan dari rencana keperawatan yang telah di susun dalam memenuhi kebutuhan kita. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan dan menentukan proses keperawatan (synopsis dasar-dasar Ke Des Kes RI, 1969).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Diane (Boughman dan Joam C. Hockely, Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta. 1996).
  2. Doenges Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta. 2000.
  3. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah RSUD Dr. Soetomo. Surabaya. 1994.
  4. Pedoman Standar Asuhan Keperawatan. Depkes RI tahun 1994.
  5. Mansjoer Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. FKUI. 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar