pemikiran yg jernih akan menghasilkan sebuah karya seni yg membuat kita bahkan tak percaya kalau itu karya kita jadi semangatkan dirimu untuk berfikir yang jernih

Selasa, 11 Desember 2012

Paporan Pendahuluan Dengan HIV AIDS


Laporan Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV-AIDS


Konsep Dasar
I.       Pengertian
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

II.     Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
  1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
  2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
  3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
  4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
  5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
  1. Lelaki homoseksual atau biseks.                    5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
  2. Orang yang ketagian obat intravena
  3. Partner seks dari penderita AIDS
  4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
  5. I.       Pemeriksaan Diagnostik
  6. 1.     Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
    -        ELISA
    -        Western blot
    -        P24 antigen test
    -        Kultur HIV
    2.     Tes untuk deteksi gangguan system imun.
    -        Hematokrit.
    -        LED
    -        CD4 limfosit
    -        Rasio CD4/CD limfosit
    -        Serum mikroglobulin B2
    -        Hemoglobulin

    II.     Penatalaksanaan

    Asuhan Keperawatan
    I.       Pengkajian.
    1.     Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
    2.     Penampilan umum : pucat, kelaparan.
    3.     Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
    4.     Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
    5.     Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
    6.     HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
    7.     Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia.
    8.     Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
    9.     Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
    10.  Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis,  SOB, menggunakan otot  Bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
    11.  GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
    12.  Gu : lesi atau eksudat pada genital,
    13.  Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

    II.     Diagnosa keperawatan
    1.     Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
    2.     Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
    3.     Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
    4.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
    5.     Diare berhubungan dengan infeksi GI
    6.     Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.




    I.       Perencanaan keperawatan.
    Diagnosa Keperawatan
    Perencanaan Keperawatan
    Tujuan dan criteria hasil
    Intervensi
    Rasional
    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

    Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
    1.     Monitor tanda-tanda infeksi baru.
    2.     gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
    3.     Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.
    4.     Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
    5.     Atur pemberian antiinfeksi sesuai order  

    Untuk pengobatan dini
    Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

    Mencegah bertambahnya infeksi


    Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

    Mempertahankan kadar darah yang terapeutik
    Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

    Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.
    1.     Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
    2.     Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

    Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

    Mencegah transimisi infeksi HIV ke orang lain
    Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

    Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.
    1.        Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
    2.        Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu
    3.        Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

    Respon bervariasi dari hari ke hari

    Mengurangi kebutuhan energi

    Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

    Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.
    1.        Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
    2.        Monitor BB, intake dan ouput
    3.        Atur antiemetik sesuai order
    4.        Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

    Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
    Menentukan data dasar
    Mengurangi muntah
    Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

    Diare berhubungan dengan infeksi GI

    Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
    1.        Kaji konsistensi dan frekuensi  feses dan adanya darah.
    2.        Auskultasi bunyi usus
    3.        Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order
    4.        Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
    Mendeteksi adanya darah dalam feses

    Hipermotiliti mumnya dengan diare
    Mengurangi motilitas usus,  yang pelan, emperburuk perforasi pada intestinal
    Untuk menghilangkan distensi
    Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

    Keluarga atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif
    1.    Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya
    2.    Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
    3.    Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

    Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
    Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
    Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.





    Daftar Pustaka

    Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious Diseases, Mosby Year Book, Toronto.

    Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year Book, St. Louis.

    Rampengan dan Laurentz, 1995, Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan kedua, EGC, Jakarta.

    Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

    Lyke, Merchant Evelyn, 1992, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.

    Phipps, Wilma. et al, 1991, Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto

    Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta


Minggu, 11 November 2012

tumor paru



TUMOR PARU

1. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas.
Di dalam kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).

2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik, namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20 tahun, merokok:
1-10 batang / hari meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan resiko 70-80 kali.

Pengaruh Industri

Yang paling banyak dihubungkan dengan karsinogenik adalah asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker 6-10 kali. Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang uramium mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak pengaruhnya setalah 15-20 tahun.

Pengaruh Penyakit Lain

Tuberkulosi paru banyak dikaitkan sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi – metaplasi - karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya jaringan parut tuberkulosis.

Pengaruh Genetik dan Status imunologis

Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat membuktikan adanya pengaruh keturunan yang terlepas daripada faktor paparan lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap pengobatan dan lebih cepat meninggal.

Klasifikasi berdasarkan histopatologi dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa (WHO, 1977).

1. Karsinoma epidermois (Karsinoma Sel Skuamos).
2. Adeno Karsinoma
3. Small cell undiferentiated carcinoma (oat cell)
4. Large cell undeferentiated carcinoma.


4. Pemeriksaan Penunjang :
 a. Radiologi
 1). Massa Radiopaque di paru
 2). Obstruksi jalan nafas dengan akibat atelektasis
 3). Pneumonia
 4). Pembesaran Kelenjar Hilar
 5). Tumor Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada apek lobus superior.
 6). Kelainan pada pleura
 7). Kelainan tulang
     b. Bronkografi
Adapun gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi stenosis irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
c.  Sitologi
Dahak yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb. Saliva dan post nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh batuk dalam , dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.
d. Endoskopi
Meliputi pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial, kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik ) adalah :
    1.Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
    2.Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
    3.Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa untuk   
       memperkirakan jenis keganasan.
        4.Menilai keberhasilan terapi.
        5.Menentukan operbilitas kanker paru.
e.  Biopsi
Bahan biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial ataupun open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar regional jaringan pleura ataupun jaringan paru.

5. Klasifikasi Pentahapan Klinik ( clinical Staging )
Berdasarkan TNM.
T= Tumor  : N. : Nodul, yaitu kelenjar limfe     M. : Metastase
1.         T : T-0 : Tidak tampak tumor primer
T-1 : Diameter tumor kurang dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
T-2 : Diameter tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau pneumonitis ,  
         namun berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta belum adaefusi pleura.
T-3 : Tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding toraks ,
         diafragma atau mediatinum )atau sudah berada dekat karina disertai efusi
         pleura.
         N : N-0 : Tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional.
         N-1  : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral.
         N-2  :  Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau kontralateral
         N-3  :  Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
          M. M-0 :  Tidak terdapat metastase jauh.
         M-1 :  Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ lain.


Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sebagai berikut :
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel   
ganas.
a.         Tahap I.  T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
b.         Tahap II. T-2, N-1,,M-0.
c.         Tahap III: bila sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.

6. Pengkajian :
a.         Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b.        Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial ( menujukan efusi ) tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c.         Integritas Ego. : Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d.        Eliminasi ; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).
e.         Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan
       Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema  wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .
f.         Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul
g.        Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
h.        Keamanan : Demam,  mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i.          Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j.          Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.


7. Diagnosa Keperawatan yang muncul adalah :
a.         Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
b.        Nyeri akut b/d invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c.         Pola pernafasan tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
d.        Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli  atau ke bagian utama paru, perubahan membran alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi berlebihan,/perdarahan aktif.
e.         Ansietas b/d ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
f.         Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d  intake inadekuat, peningkatan metabolisme, proses keganasan.
g.        Gangguan body image b/d perubahan struktur tubuh.

8. Perencanaan Keperawatan                      

Diagnosa

Tujuan-Kriteria

Intervensi

Rasional

1.Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peninjkatan jumlah/viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan.
Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria ;
a.       Menunjukan potensi jalan nafas.
b.      Cairan sekret mudah dikeluarkan/dibatukan.
c.       Bunyi nafas jelas.
d.      Whezing(-)/berkurang
1.      Auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas dan adanya sekret.


2.      Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk dengan posisi duduk.
3.      Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi sekret.
4.      Lakukan penghisapan dengan menggunakan suction. Bila klien tidak dapat batuk.
5.      Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari dalam toleransi jantung.
6.      Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB , spirometri, meniup botol
7.      Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik . Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.
8.      Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik sesuai indikasi.
Pernafasan bising, ronki, mengi menunjukan tertahannya sekret/obstruksi jalan nafas
Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksinal, upaya batuk untuk membuang sekret..
Perubahan sekret menunjukan progresifitas penyakit.

Penghisapan dapat merangsang batuk efektif.


Hidrasio adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/peningkatan pengeluaran.

Memudahkan pembuangan sekret.



Memberikan hidrasi maksimal/pengenceran sekret untuk meningkatkan pengeluaran

Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara. Ekspektoiran meningkatkan produksi mu.kus untuk mengencerkan sekret.
2.Kerusakan  pertukaran gas b/d gg. Aliran udata ke alveoli, perubahan membran alveolar kapiler ( atelektasis, oedema paru, efusi, sekresi berlebihan, perdarahan aktif )
Pertukaran gas efektif.
Kriteria :
GDA dalam batas normal,. Mebubjukan ventilasi adekuat
Menunjukan oksigenasi adekuat.
Menunjukan perbaikan distress pernafasan.
Catat frekluensi dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu dan nafas bibir.
Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan krekels.

Observasi ferfusi  daerah akral dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah )
Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.




Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.

Awasi tanda vital




Kaji tingkat kesadaran





Kaji toleransi aktivitas.






Kolaborasi:
Awasi seri GDA.




Berikan oksigen dengan metoda yang tepat.

Takhi[pnoe dan dispnoe menyertai obstruksi paru.

Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan  dengan tak adanya bunyi nafas.
Menunjukan hipoksemia sistemik.



Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi
Secara negatif mempengaruhi pertukaran gas.
Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas meningkatkan kenyamanan.
Tahkikardi/takhipnoe, dan perubahan pada TD. Terjadi seirng dengan perubahan asidosis.
Hipoksemia sistemik dapat ditunjukan pertamakali oleh gelisah dan rangsang disertai penurunan kesadaran.
Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnoea berat, takikardia dan disritmia.

Hipoksemia ada pada berbagai derajattergantung pada jumlah obstruksi jalan nafas. 
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas .
3.Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial  oleh bekuan darah, sekret banyak ,peradarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
Pola nafas efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas dalam rentang normal
Suara paru jelas dan bersih.
Berpartisipasi dalam aktivitas.
Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya pernafasan ( penggunaan otot bantu pernafasan )
Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
Observasi pola batuk dan karakter sekret

Dorong dalam nafas dalam.dan latihan batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen tambahan.


Berikan humidifikasi tambahan.



Bantu fisioterapi dada.



Siapkan/bantu bronkoskopi
Kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas., ekspansi pada terbatas terjadi pada atelektasis.

Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif
Meningktkan banyaknya sputum.


Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
Memudahkan upaya pernafasan dalam. Meningktkan drainase sekret.
Kadang=kadang berguna untuk membuang bekuan darah, sekret serta membersihkan jalan nafas.
4.Nyeri b/d. invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.
Nyeri   hilang/ berkurang
Kriteria
:Klien nampak rileks.
Kliuen dapat tidur.
Berpartisi dalam aktivitas.
Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri


Kaji  pernyataan verbal dan non verbal nyeri pasien.

Evaluasi keefektifan pemberian obat
Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll.
Berikan lingkungan tenang.
Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi..
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan visera, saraf atau jaringan tulang
Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri
Memberikan obat berdasarkan aturan.
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian..

Penurunan stress, menghemat energi
Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri..
5.Ansietas b/d ancaman kematian, proses keganasan.
Ansietas hilang/ berkurang
Kriteria
Klien tampak rileks
Klien dapat beristirahat.
Dapat bekerjasama dalam terapi.:
Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.

Akui rasa takut,  masalah pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan.
Kolaborasi :
Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan keperawatan

Pemahaman persepsi melibatkan susunan tekanan  perawatan individu dan memberikan informasi.
Memberi waktu untuk mengidentifikasi perasaan.



Dapat memperbaiki perasaan kontrol.
6.Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang, peningkatan metabolisme, proses keganasan.
Nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
Menunjukan perubahan beratbadan.
Menunjukan perubahan pola makan.
Hb. Albumin dalam rentang normal.
Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan
Pastikan pola diet pasien yang disukai/tidak disukai

Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik
Selidiki mual, muntah, anoreksia dan catat kemungkinan hubungannya dengan obat
Berikan periode istirahat sering.


Berikan perawatan mulut, sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
Berikan Diet TKTP.

Kolaborasi :
Rujuk ke ahli diet
Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein serum, albumin Hb.)
Bila perlu berikan nutrisi parenteral.  .
Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan pilihan intervensi.

Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

Mencari pemecahan masalah, untuk meningkatkan pemasukan nutrien.

Membantu menghemat energi., khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat
Menurunkan perasaan tak enak, bekas sputum, obatmerangsang pusat muntah..
Memaksimalkan masukan nutrisi..


Nilai rendah menunjukan malnutrisi

Meningkatkan masukan nutrisi adekuat.

Daftar Pustaka

Amin muhammad, Hood Alsagaff, 1989, Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.

Blac,MJ Jacob., 1993, l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach, W.B. Saunders Company, Philapidelpia.

Barbara Engram., 1999,  Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1, Penerbit EGC, Jakarta.

Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi. 2, EGC Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta


Mansjoer, Arif., et all., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

Marylin E doengoes., 2000, Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC,Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.