pemikiran yg jernih akan menghasilkan sebuah karya seni yg membuat kita bahkan tak percaya kalau itu karya kita jadi semangatkan dirimu untuk berfikir yang jernih

Sabtu, 17 Januari 2015

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

                                                       LAPORAN PENDAHULUAN
                                                                          HERNIA

1.      DEFINISI
a.   Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (R. Syamsuhidayat dan Win Dedjong, Buku Ajar Ilmu Bedah)
b.  Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek fasia dan muskuloaponeuritik dinding perut baik secara konginetal maupun didapat. (Kapita Selecta Kedokteran)
c.   Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis eksternus (Kapita Selekta Kedokteran)
Menurut jenisnya hernia dibagi menjadi
a.  Henia indirekta
    Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum yanmg berisi bagian dari saluran pencernaan atau omentum. Hal ini sering menjadi besar dan turun ke skrotum. Diakibatkan dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah testis turun ke dalam skrotum.
b.  Hernia direkta
    Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial terhadap vasa epigastrika inferior di daerah yang dibatasi oleh segitiga hasselbach.
c.   Hernia femoralis
    Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin umbilicus yang gagal menutup.
d.  Hernia incisional
    Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan sering terjadi pada luka bedah terinfeksi.
Menurut keadaannya hernia dibagi menjadi :
  1. Hernia reponibilis       : Isi hernia bisa dimasukkan kembali
  2. Hernia irreponibilis     : Isi hernia tidak bisa dimasukkan kembali
  3. Hernia incaserata       : Hernia ireponibilis yang terdapat gangguan pada jalannya isi usus.
  4. Hernia strangulasi      : Hernia incarserata yang terdapat gangguan sirkulasi darah.

2.      ETIOLOGI
a.       Konginetal atau primer
b.      Sekunder akibat peningkatan tekanan intra abdomen, misal disebabkan karena batuk kronis, konstipasi, kehamilan, asites, penyumbatan jalan keluar kandung kemih, masa abdomen yang terlalu besar, gerak yang terlalu aktif.

3.      PATOFISIOLOGI
Prosesus inguinalis                                              Batuk kronis, konstipasi, kehamilan
(duktus spermatikus)                                         Retensi urin, masa abdomen membesar

Janin 8 bulan testis                                                              Peningkatan TIK
turun ke skrotum
                                                                                        Sirkulasi darah terganggu
Tidak dpt menutup
     sempurna
 


   Isi usus keluar                Usus dan isinya, omentum terjepit skrotum

                                          Bendungan dari pembuluh darah usus
 



        Nyeri, mual, muntah                  Perdarahan                       Nekrose

                                                          Resti infeksi
                                                   Penonjolan peritoneum
                                                    (menekan peritoneum)
 


4.      TANDA DAN GEJALA
1.      Hernia inguinalis lateralis / indirekta
-      Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
-      Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
-      Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
-      Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi komplikasi
-      Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut kembung
2.      Hernia inguinalis medialis / direkta
-      Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila tiduran
-      Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan
-      Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia
-      Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum

5.      MASALAH KEPERAWATAN
1.          Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan
2.          Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri dan benjolan di lipatan paha
3.          Inkontinensia usus berhubungan dengan vesika urinaria tertekan oleh hernia
4.          Resti kurang pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah
5.          Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan kondisi kesehatan

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium menunjukan tingkat obstruksi
b.      Laboratorium
-   Hb dan Ht meningkat karena hemokonsentrasi
-      Sel darah putih meningkat pada hernia strangulasi (<10.000 sel/mm)
-      Defisiensi elektrolit, pasien akan kehilangan kalium, hydrogen, klorida, yang akan mengakibatkan alkalis metabolic

7.      PENATALAKSANAAN
       Pada kasus hernia tindakan bedah adalah tindakan satu-satunya untuk pengobatan, pembedahan ini disebut herniotomy dan herniografi. Pada hernia inguinalis lateralis reponbilis maka dilakukan bedah afektif karena terjadi komplikasi. Pada hernia irreponibilis diusahakan agar penderita istirahat baring dan dipuasakan/ mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan missal dengan bantl pasir., baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan lakukan berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan pembedahan.

8.      ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian fokus
1.      Aktifitas
      Pembatasan aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen seperti bersin, mengangkat benda berat, batuk mengejan.
2.      Istirahat
      Ansietas, nyeri sebagai manifestasi obstruksi usus, pembatasan aktifitas kerja sehubungan dengan peningkatan tekanan intra abdomen.

3.      Integritas ego
      Ansietas, takut, emosi (kesal), perasaan tidak berdaya
4.      Sirkulasi
      Takikardi (akibat dari nyeri, infeksi, dehidrasi), hipotensi, kulit atau membran mukosa pecah, sianosis, takipnea, asidosis berhubungan dengan hilangnya cairan dan Na mengakibatkan syock hipovolemik.
5.      Eliminasi
      Pada awalnya feses dapat keluar, fase lanjut terjadi konstipasi, obstipasi, terjadi inkontinensia uri, kebiasaan mengejan pada waktu BAB.
6.      Makanan dan Cairan
      Mual, muntah, anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia. Muntah peroral mengandung makanan tak dicerna selanjutnya muntah air dan empedu hitam dan fekal.
7.      Higiene
      Tidak mampu melakukan perawatan diri, bau badan berhubungan dengan keterbataan aktifitas akibat nyeri.
8.      Nyeri /kenyamanan
      Nyeri pada lokasi, pada selakangan dan daerah sekitarnya.

B.  Masalah keperawatan pre operasi dan post operasi
F Pre operasi
a.   Nyeri berhubungan dengan terjepitnya usus di daerah selakangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat dikurangi
Kriteria hasil :
§  Klien mengatakan nyeri berkurang
§  Wajah relaks
§  TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1.  Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skalanya (skala 1-10)
     R/ : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2.  Tetapkan hubungan antara flatus dan nyeri mereda
     R/ : nyeri tidak hilang dengan flatus merupakan tanda obstruksi usus
3.  Monitor bising usus, TTV, perhatikan peningkatan/ spasme dan nyeri
     R/ : mengetahui perkembangan kondisi pasien
4.  Berikan kompres dingin pada hernia yang membengkak
    R/ : kompres dingin menambah vasokontriksi pembuluh darah dan mengurangi nyeri
b.  Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi kesehatan, proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak cemas
Kriteria hasil
§  Klien mengatakan sudah siap untuk dioperasi
§  Klien tidak gelisah
§  Wajah rileks
Intervensi
1.  Catat petunjuk perilaku missal gelisah, menolak
      R/ : indicator derajat ansietas
2.  Berikan lingkungan tenang dan istirahat
     R/ : meningkatkan relaksasi,membantu menurunkan ansietas
3.  Motivasi orang terdekat untuk menunjukan perilaku perhatian
      R/ : membantu pasien merasa tenang
4.  Bantu pasien belajar mekanisme koping baru
      R/ : membantu menurunkan stress, meningkatkan kontrol penyakit
F Post operasi
a.   Nyeri berhubungan denganluka insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat dikurangi
Kriteria hasil :
§  Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang
§  Wajah relaks
§  TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1.  Kaji nyeri, catat lokasi, skala nyeri (skala 1-10)
    R/ : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan
2.  Dorong ambulasi dini
    R/: menungkatkan normalisasi fungsi organ seperti merangsang periltastik dan kelancaran flatus.
3.  Ajarkan teknik relaksasi
    R/ : mengalihkan perhatian dan mengurangi ketegangan
4.  Berikan analgesik sesuai indikasi
    R/ : menghilangkan nyeri.





DAFTAR PUSTAKA

-          Dongoes, E Marylin. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. 1992
-          Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2000

-          Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992

LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERTROPHY)

LAPORAN PENDAHULUAN
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERTROPHY)

1.      PENGERTIAN
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.

2.      ETIOLOGI
  1. Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan estrogen pada laki-laki usia lanjut
  2. Peranan dari growth factor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
  3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati
  4. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan

Ada 2 stadium yang mempengaruhi perubahan pada dinding kemih yaitu :
  1. Stadium dini
Hiperplasi prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menyumbat aliran urine sehingga meningkatkan tekanan intravesikel
  1. Stadium lanjut
Terjadi dekompensasi karena penebalan dinding vesika urinaria tidak bertambah lagi residu urine bertambah. Gejala semakin menyolok ( retensi urine clonis ), tonus otot vesika urinaria menurun. Persyarafan para simpatis melemah dan akhirnya terjadi kelumpuhan detsrusor dan spinter uretra sehingga terjadi over flow incontinensia ( urine menetes sacara periodik )









3.      PATOFISIOLOGI
Proliferasi abnormal sel stem
 
Perubahan estrogen, testosterone pada laki-laki usia lanjut
 
Lama hidup sel prostat

 
Peranan growth hormon

 
           

 
































4.      TANDA DAN GEJALA
            Kumpulan gejala pada BPH :
F Hesitasi (miksi menunggu lama )
F Pancaran urine melemah
F Intermitensi (kencing terputus-putus)
F Urgensi (perasaan miksi sangat mendesak)
F Disuria (nyeri miksi)
F Terasa ada sisa setelah miksi

5.      MANIFESTASI KLINIS
1.      IPPS ( International Prostat Symptoms Score ) adalah kumpulan pertanyaan yang merupakan pedoman untuk mengevaluasi beratnya LUTS
a. Skor 0-7 : gejala ringan
b. Skor 8-19 :gejala sedang
c. Skor 20-35 : gejala berat
Gejala :
§  Obstruktif : hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitten miksi tak puas, menetes setelah miksi
§  Iritatif : nocturna, urgensi & disuria.
2.      Rectal grading
Didapatkan batas atas teraba, menonjal > 1 cm (seperti ujung hidung )
Lobus kanan/kiri simetri & tidak teraba nodul
a. Grade 0 : penonjolan 0-1 cm
b. Grade 1 : penonjolan 1-2 cm
c. Grade 2 : penonjolan 2-3 cm
d. Grade 3 : penonjolan 3-4 cm
e. Grade 4 : penonjolan >4 cm
3.      Clinical grading (berdasarkan residu urine)
a.       Grade 1
Sejak berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pasien mengeluh kencing tidak puas, pancaran urine lemah, harus mengedan, nocturia (belum terdapat sisa urine)


b.      Grade 2
Telah terdapat sisa urine (sistitis), nocturia makin sering dan kadang disertai hematuri pada cyctoscopy dinding vesika urinaria menebal karena trabekulasi (hipertropi musculus destrusor)
c.       Grade 3
Sisa urine mencapai 80-100 ml, infeksi semakin hebat (hiperplexi, menggigil & nyeri pinggang karena cystitis). Trabekulasi semakin banyak.
d.      Grade 4
Retensi urine total.

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
- Untuk menilai kadar Hb, PCV (hematokrit), trombosit, leukosit dan LED
- Untuk menilai kemungkinan inflasi akibat statis urine
b. Sedimentasi urine
- Untuk menilai kemungkinan inflamasi saluran kemih
c. Kultur urine
- Untuk menentukan jenis bakteri & terapi antibiotik yang tepat
d. Renal fungsi tes (BUN/ureum, creatitin)
- Untuk menilai gangguan fungsi ginjal akibat dari statis urine
e. PSA (Prostatik Spesifik Antigen)
- Untuk kewaspadaan adanya keganasan
  1. Pemeriksaan radiology
a. Foto abdomen polos (BNA/ Blass Nier Averzith)
- Untuk melihat adanya batu pada system kemih
b. Intravenus phielografi
- Untuk menilai kelainan ginjal dan ureter
- Untuk menilai penyulit yang terjadi pada fundus uteri
c. USG (ultrasonografi)
- Untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat
  1. Pemeriksaan penendoscopy
- Untuk melihat derajat pembesaran kelenjar prostat

  1. Pemeriksaan pancaran urine (uroflowmetri)
-   Flowrate maximal >15 ml/ dtk :  non obstruktif
- Flowrate maximal 10-15 ml/ dtk : border line
- Folwrate maximal <10 ml/ dtk : obstruktif

7.      PENATALAKSANAAN
1.          Farmakologi untuk :
-          Mengurangi retensi laher vesika urinaria dengan obat golongan penghambat androgen
-          Mengurangi volume prostat
2.          Operatif (operasi terbuka)
-          Retrapubic transvesikal prostatectomy yaitu melakukan sayatan section alfa melalui fossa prostate anterior tatapi tidak membuka dinding vesika urinaria
-          Suprapubic transvesikal prostatectomy (trayer) yaitu melakukan sayatan section alva menembus vesika urinaria
-          Transperineal prostatectomy yaitu melakukan sayatan melalui perineum, fossa ischi langsung ke prostate.
3.          Endorologi transurethral
-          Transurethral resection prostatectomy (TUR-P)
-          Transurethral laser prostatectomy (TUL-P)
-          Transutretral incision of the prostate (TUP)

8.      ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian fokus
      1. Identitas klien
Jenis kelamin laki-laki, umur >50 thn, banyak dijumpai pada bangsa / ras caucasian
      2. Keluhan utama
Nyeri berhubungan denga spasme buli-buli
      3. riwayat penyakit sekarang
LUTS (hesitansi, pancaran urine lemah, intermitensi, terminal dribbing, terasa ada sisa setelah miksi, urgensi, frekuensi dan disuria)
4. Riwayat penyakit dahulu
DM (diabetes mellitus), hipertensi, PPOM (penyakit paru obstruksi menahun), jantung koroner, decompensasi cordis dan gangguan faal darah
5. Riwayat penyakit keluarga
penyakit keturunan (hipertensi,DM, ashma)
6. Riwayat psikososial
emosi, kecemasan, gangguan konsep diri
7. Pola hidup sehari-hari
a. Pola nutrisi
Puasa sebelum operasi
b. Pola eliminsi
Hematuri setelah tindakan TUR, retensi urine karena bekuan darah pada kateter, inkontinensia urine setelah kateter dilepas
c. Pola istirahat/tidur
Hospitalisasi mempengaruhi pola tidur
d. Pola aktivitas
Keterbatasan aktivitas karena kelemahan, terpasang traksi kateter
8. Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum.
Keadaan lemah, kesadaran baik, perlu adanya observasi TTV
b.      Sistem pernafasan
SAB tidak mempengaruhi pernafasan
c.       Sistem sirkulasi
Tekanan darah biasa meningkat atau menurun, cek HB (adanya perdarahan animea), observasi balance cairan
d.      Sistem neurologi
Daerah caudal mengalami kelumpuhan dan mati rasa akibat SAB
e.       System gastrointestinal
Pusing, mual, muntah akibat SAB, bising usus menurun dan terdapat masa abdomen
f.       System urogenital
Hematuri, retensi urine (daerah supra sinisfer menonjol, terdapat ballottement jika dipalpasi dan klien ingin kencing)
g.      system muskuluskeletal
Klien tidak boleh fleksi selam traksi kateter masih diperlukan
B.     Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri akut b/d distensi kandung kencing
2.      Retens urine b/d pembesaran prostate
3.      Resiko kekurangan volume cairan b/d ketidak seimbangan elektrolit
4.      Perubahan eliminasi urine b/d pemasangan kateter
5.      Resiko infeksi b/d pemasangan kateter
6.      Resiko disfungsi seksual b/d keterlibatan area genital
7.      Kurang penmgetahuan pasca operasi TURP b/d kurang terpaparnya        informasi.

C.    Rencana keperawatan
1.      Nyeri akut b/d distensi kandung kemih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil :
-          klien mengatakan nyeri berkurang / nyeri dapat terkontrol
-          skala nyeri 1-0
-          wajah rileks
-          TTV dalam batas normal
Intervensi:
-          pertahankan klien untuk tirah baring
-          beriakn tindakan kenyamanan
-          pasang kateter untuk kelancaran drainase

-          kolaborasi medis dalam pemberian obat