pemikiran yg jernih akan menghasilkan sebuah karya seni yg membuat kita bahkan tak percaya kalau itu karya kita jadi semangatkan dirimu untuk berfikir yang jernih

Sabtu, 17 Januari 2015

LAPORAN PENDAHULUAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERTROPHY)

LAPORAN PENDAHULUAN
BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERTROPHY)

1.      PENGERTIAN
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika.

2.      ETIOLOGI
  1. Perubahan keseimbangan hormon testosteron dan estrogen pada laki-laki usia lanjut
  2. Peranan dari growth factor sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
  3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel-sel yang mati
  4. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stoma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan

Ada 2 stadium yang mempengaruhi perubahan pada dinding kemih yaitu :
  1. Stadium dini
Hiperplasi prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menyumbat aliran urine sehingga meningkatkan tekanan intravesikel
  1. Stadium lanjut
Terjadi dekompensasi karena penebalan dinding vesika urinaria tidak bertambah lagi residu urine bertambah. Gejala semakin menyolok ( retensi urine clonis ), tonus otot vesika urinaria menurun. Persyarafan para simpatis melemah dan akhirnya terjadi kelumpuhan detsrusor dan spinter uretra sehingga terjadi over flow incontinensia ( urine menetes sacara periodik )









3.      PATOFISIOLOGI
Proliferasi abnormal sel stem
 
Perubahan estrogen, testosterone pada laki-laki usia lanjut
 
Lama hidup sel prostat

 
Peranan growth hormon

 
           

 
































4.      TANDA DAN GEJALA
            Kumpulan gejala pada BPH :
F Hesitasi (miksi menunggu lama )
F Pancaran urine melemah
F Intermitensi (kencing terputus-putus)
F Urgensi (perasaan miksi sangat mendesak)
F Disuria (nyeri miksi)
F Terasa ada sisa setelah miksi

5.      MANIFESTASI KLINIS
1.      IPPS ( International Prostat Symptoms Score ) adalah kumpulan pertanyaan yang merupakan pedoman untuk mengevaluasi beratnya LUTS
a. Skor 0-7 : gejala ringan
b. Skor 8-19 :gejala sedang
c. Skor 20-35 : gejala berat
Gejala :
§  Obstruktif : hesitansi, pancaran miksi lemah, intermitten miksi tak puas, menetes setelah miksi
§  Iritatif : nocturna, urgensi & disuria.
2.      Rectal grading
Didapatkan batas atas teraba, menonjal > 1 cm (seperti ujung hidung )
Lobus kanan/kiri simetri & tidak teraba nodul
a. Grade 0 : penonjolan 0-1 cm
b. Grade 1 : penonjolan 1-2 cm
c. Grade 2 : penonjolan 2-3 cm
d. Grade 3 : penonjolan 3-4 cm
e. Grade 4 : penonjolan >4 cm
3.      Clinical grading (berdasarkan residu urine)
a.       Grade 1
Sejak berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun pasien mengeluh kencing tidak puas, pancaran urine lemah, harus mengedan, nocturia (belum terdapat sisa urine)


b.      Grade 2
Telah terdapat sisa urine (sistitis), nocturia makin sering dan kadang disertai hematuri pada cyctoscopy dinding vesika urinaria menebal karena trabekulasi (hipertropi musculus destrusor)
c.       Grade 3
Sisa urine mencapai 80-100 ml, infeksi semakin hebat (hiperplexi, menggigil & nyeri pinggang karena cystitis). Trabekulasi semakin banyak.
d.      Grade 4
Retensi urine total.

6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap
- Untuk menilai kadar Hb, PCV (hematokrit), trombosit, leukosit dan LED
- Untuk menilai kemungkinan inflasi akibat statis urine
b. Sedimentasi urine
- Untuk menilai kemungkinan inflamasi saluran kemih
c. Kultur urine
- Untuk menentukan jenis bakteri & terapi antibiotik yang tepat
d. Renal fungsi tes (BUN/ureum, creatitin)
- Untuk menilai gangguan fungsi ginjal akibat dari statis urine
e. PSA (Prostatik Spesifik Antigen)
- Untuk kewaspadaan adanya keganasan
  1. Pemeriksaan radiology
a. Foto abdomen polos (BNA/ Blass Nier Averzith)
- Untuk melihat adanya batu pada system kemih
b. Intravenus phielografi
- Untuk menilai kelainan ginjal dan ureter
- Untuk menilai penyulit yang terjadi pada fundus uteri
c. USG (ultrasonografi)
- Untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat
  1. Pemeriksaan penendoscopy
- Untuk melihat derajat pembesaran kelenjar prostat

  1. Pemeriksaan pancaran urine (uroflowmetri)
-   Flowrate maximal >15 ml/ dtk :  non obstruktif
- Flowrate maximal 10-15 ml/ dtk : border line
- Folwrate maximal <10 ml/ dtk : obstruktif

7.      PENATALAKSANAAN
1.          Farmakologi untuk :
-          Mengurangi retensi laher vesika urinaria dengan obat golongan penghambat androgen
-          Mengurangi volume prostat
2.          Operatif (operasi terbuka)
-          Retrapubic transvesikal prostatectomy yaitu melakukan sayatan section alfa melalui fossa prostate anterior tatapi tidak membuka dinding vesika urinaria
-          Suprapubic transvesikal prostatectomy (trayer) yaitu melakukan sayatan section alva menembus vesika urinaria
-          Transperineal prostatectomy yaitu melakukan sayatan melalui perineum, fossa ischi langsung ke prostate.
3.          Endorologi transurethral
-          Transurethral resection prostatectomy (TUR-P)
-          Transurethral laser prostatectomy (TUL-P)
-          Transutretral incision of the prostate (TUP)

8.      ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian fokus
      1. Identitas klien
Jenis kelamin laki-laki, umur >50 thn, banyak dijumpai pada bangsa / ras caucasian
      2. Keluhan utama
Nyeri berhubungan denga spasme buli-buli
      3. riwayat penyakit sekarang
LUTS (hesitansi, pancaran urine lemah, intermitensi, terminal dribbing, terasa ada sisa setelah miksi, urgensi, frekuensi dan disuria)
4. Riwayat penyakit dahulu
DM (diabetes mellitus), hipertensi, PPOM (penyakit paru obstruksi menahun), jantung koroner, decompensasi cordis dan gangguan faal darah
5. Riwayat penyakit keluarga
penyakit keturunan (hipertensi,DM, ashma)
6. Riwayat psikososial
emosi, kecemasan, gangguan konsep diri
7. Pola hidup sehari-hari
a. Pola nutrisi
Puasa sebelum operasi
b. Pola eliminsi
Hematuri setelah tindakan TUR, retensi urine karena bekuan darah pada kateter, inkontinensia urine setelah kateter dilepas
c. Pola istirahat/tidur
Hospitalisasi mempengaruhi pola tidur
d. Pola aktivitas
Keterbatasan aktivitas karena kelemahan, terpasang traksi kateter
8. Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum.
Keadaan lemah, kesadaran baik, perlu adanya observasi TTV
b.      Sistem pernafasan
SAB tidak mempengaruhi pernafasan
c.       Sistem sirkulasi
Tekanan darah biasa meningkat atau menurun, cek HB (adanya perdarahan animea), observasi balance cairan
d.      Sistem neurologi
Daerah caudal mengalami kelumpuhan dan mati rasa akibat SAB
e.       System gastrointestinal
Pusing, mual, muntah akibat SAB, bising usus menurun dan terdapat masa abdomen
f.       System urogenital
Hematuri, retensi urine (daerah supra sinisfer menonjol, terdapat ballottement jika dipalpasi dan klien ingin kencing)
g.      system muskuluskeletal
Klien tidak boleh fleksi selam traksi kateter masih diperlukan
B.     Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri akut b/d distensi kandung kencing
2.      Retens urine b/d pembesaran prostate
3.      Resiko kekurangan volume cairan b/d ketidak seimbangan elektrolit
4.      Perubahan eliminasi urine b/d pemasangan kateter
5.      Resiko infeksi b/d pemasangan kateter
6.      Resiko disfungsi seksual b/d keterlibatan area genital
7.      Kurang penmgetahuan pasca operasi TURP b/d kurang terpaparnya        informasi.

C.    Rencana keperawatan
1.      Nyeri akut b/d distensi kandung kemih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien dapat mengontrol nyeri
Kriteria hasil :
-          klien mengatakan nyeri berkurang / nyeri dapat terkontrol
-          skala nyeri 1-0
-          wajah rileks
-          TTV dalam batas normal
Intervensi:
-          pertahankan klien untuk tirah baring
-          beriakn tindakan kenyamanan
-          pasang kateter untuk kelancaran drainase

-          kolaborasi medis dalam pemberian obat

1 komentar:

  1. terimakasih banyak untuk informasinya, cukup lengkap..

    http://cv-pengobatan.com/

    BalasHapus